Matematika
memperkenalkan dan mengajarkanku untuk mengoperasikan angka. Matematika juga
memberikanku banyak rumus dalam kehidupan.
Sewaktu
masih duduk di bangku sekolah, pelajaran Matematika adalah salah satu pelajaran
yang paling kuhindari. Jika bisa ingin rasanya aku menghapuskan pelajaran ini
dari sekolah. Namun apalah daya, pelajaran Matematika tidak akan pernah
terhapuskan karena merupakan pelajaran yang pokok. Ada beberapa pengalaman yang
dulu membuatku tadinya tidak terlalu menyukai Matematika namun sekarang menjadi
cinta Matematika.
Pertama,
Waktu
di kelas 5 SD, ada guruku yang bernama Pak Adiri. Beliau merupakan guru yang
cukup tegas dan juga sedikit killer. Setiap ada pelajarannya, entah kenapa aku
pasti merasa sakit perut. Mungkin ini karena aku tegang mengikuti pelajarannya.
Bagaimana tidak tegang?
Waktu
itu aku duduk di kursi paling depan. Otomatis berhadapan langsung dengan guru.
Pak Adiri ini tiap mengajar suaranya keras dan selalu memberikan soal kemudian
menyuruh muridnya untuk mengerjakan. Bagi yang tidak bisa menjawab, akan diberi
hukuman. Dan setiap ada anak yang tidak bisa mengerjakan soal, Pak Adiri ini
selalu marah sambil menggebrak meja. Dan yang digebrak adalah mejaku.
Aku
yang memang sensitif dan perasa menganggap seolah gebrakan meja dan hukuman itu
dialamatkan buatku. Tapi ada 1 hal yang membuatku akhirnya suka dengan
pelajaran beliau. Pak Adiri akan memberikan poin bagi yang bisa mengerjakan
soal ke depan. Setiap 1 soal akan diberikan 10 poin. Dan kalau mencapai 100
poin akan diberikan 2 batang coklat. Karena kebetulan aku adalah penggemar
cokelat jadi aku tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan itu.
Akhirnya
setiap ada pelajaran Pak Adiri, aku selalu mencoba maju dan mengerjakan soal
dengan benar. Aku pun mendapatkan hadiah coklat pertamaku setelah berhasil
memberanikan diri untuk maju dan menghadapi pelajaran Pak Adiri. Sejak saat itu
aku menyenangi Matematika dan mendapatkan hadiah-hadiah coklatku berikutnya.
Alhamdulilah pula aku mendapatkan ranking 1 dengan nilai Matematika 9 di
raport.
Kedua,
Waktu
di kelas 3 SMP, ada guruku yang bernama Pak Yosef. Sama seperti Pak Adiri,
beliau cukup tegas, killer dan sangat disegani oleh murid-muridnya. Hanya saja
Pak Yosef sedikit kasar kata-katanya dibanding Pak Adiri. Jika masuk ke kelas
pasti beliau memberikan soal dan menunjuk murid secara acak untuk kemudian
disuruh mengerjakan soal. Jika murid tidak bisa menjawab, murid itu akan
dikatai 8390 (dibaca : Bego) dan 70101 (dibaca : Tolol). Dan pastinya akan
dikenai hukuman. Karena tidak ingin dikata-katai dengan angka 8390 dan 70101,
maka aku bertekad untuk bisa selalu menjawab soal yang diberikan jika aku
mndapat giliran. Sesulit apapun itu.
Karenanya
aku harus belajar Matematika dengan rajin dan sering berlatih. Saat aku
mendapat giliran, Pak Yosef memberikan soal yang sangat sulit karena soal ini
belum pernah diajarkan. Soal Limit. Beruntung malamnya aku sempat berlatih dan
minta diajarkan soal yang berhubungan dengan Limit. Hasilnya? Aku bisa menjawab
dan mendapatkan reward berupa buku Kumpulan Rumus Matematika dan juga coklat 10
batang. Serta bonusnya aku menjadi “Anak Emas” beliau serta mendapat nilai
Matematika 9 lagi di raport. Sungguh bangga.
Inilah
pengalamanku yang membuatku dulu membenci Matematika kini menjadi sangat
mencintai Matematika. Dan pesanku Jangan pernah membenci Matematika jika belum
pernah mencoba memecahkan soalnya.
Penulis
yang lahir di Bandung, 16 Januari 1990 ini bernama Nadila Samantha. Biasa
dipanggil Dila atau Nay. Penulis yang merupakan anak pertama dari 2 bersaudara
ini masih tinggal bersama orang tuanya di Jalan Arwana Timur blok R3/18, Marga
Asih – Cimahi. Jika ingin menghubungi penulis bisa ke nomor handphone
085624073778 atau ke alamat e-mail nadila_samantha@hotmail.com. Penulis yang merupakan
mahasiswi dan berstatus single ini adalah seorang pemain biola. Sejak SD
menyukai dunia menulis namun baru aktif kurang lebih 4 bulan yang lalu. Yang
diharapkan sekarang adalah bisa menghasilkan karya yang dapat diapresiasi dan
bisa menginspirasi semua orang.
0 komentar:
Posting Komentar