Adalah Pak Sarbini namanya. Beliau merupakan seorang
lelaki paruh baya, berumur sekitar 65 tahun. Dan merupakan seorang yang
berfisik tidak sempurna (difabel). Beliau tidak mempunyai kaki sejak lahir.
Sehingga beliau menggunakan –maaf- bokongnya, dibantu dengan kedua tangan untuk
menopang tubuhnya jika ingin berpindah tempat atau berjalan. Itu pun dengan
menyeret badannya. Beliau tinggal di luar kompleks rumahku. Rumahnya
sangat-sangat sederhana. Hanya tertutup oleh papan tripleks yang sudah usang
untuk dindingnya. Sedangkan atapnya hanya seng. Ukuran rumah tinggalnya pun tak
luas. Hanya sekitar 5 meter x 3 meter. Beliau sempat mempunyai istri, namun
telah tiada 10 tahun yang lalu. Mengapa saya menyebut Pak Sarbini ini sebagai
hero?
Suatu hari, tanggal 26 Mei 2014, sekitar pukul
22.07, terdengar keramaian di sekitar kompleks rumah saya. Saya yang kala itu
sedang asyik berkutat di depan laptop untuk menulis artikel, terkaget dengan
suara ramai tersebut. Penasaran, saya pun melihat keluar rumah. Saya bertanya
kepada warga yang sedang panik lalu-lalang. “Pak, ada apa? Kenapa ramai sekali?”
“Itu neng, ada kebakaran. Di dalam rumahnya ada anak
kecil kejebak. Warga nggak ada yang berani masuk nolongin. Soalnya apinya udah
gede pisan.” Jawab Si Bapak sambil terburu-buru.
Mendengar hal tersebut, saya pun merasa miris. Anak
kecil di dalam rumah yang terbakar. Ingin berusaha menolong, tapi jujur saja
saya juga tidak mau ambil resiko. Tidak mau sok menjadi pahlawan kesiangan,
yang toh pada akhirnya akan bernasib mati konyol.
Saya hanya berdoa dalam hati agar Alloh mau
memberikan jalan yang terbaik. Selagi saya sibuk memperhatikan orang yang
berlalu lalang dan panik, penglihatan saya terganggu oleh seseorang. Saya
hampir tidak percaya. Di tengah kerumunan banyak orang yang tingginya setengah
kali tubuhnya, Pak Sarbini berjalan dengan menggunakan tangannya. Ia terlihat
tergesa-gesa. “Mau kemana dia?”, batinku. Ya Alloh, ternyata dia berniat ingin
membantu menolong anak yang terjebak di kebakaran tersebut. Semua orang yang
melihat Pak Sarbini, melarangnya untuk masuk. Ada yang mencibir juga, “Hah,
cacat jangan sok blagu. Jalan aja glesetan pake pantat, mau sok2 nolongin.”
Bukannya marah atau merasa sakit hati atas cibiran
orang-orang terhadapnya. Pak Sarbini malah tersenyum, dan mengatakan, “Saya
punya niat untuk membantu. Insya Alloh, Alloh akan memberikan mukjizatnya jika
kita punya niat yang tulus.” Tak lama setelah bicara seperti itu, saya melihat
Pak Sarbini menerobos masuk. Teriakan histeris dan juga wajah panik, terlihat
dari raut warga yang menyaksikan kejadian, termasuk saya. Betapa tidak, yang
masih bertubuh sempurna saja tidak mau mengambil resiko sebesar itu. Ini
seorang difabel, tidak mempedulikan nyawanya sendiri demi menolong seorang anak
yang bukan siapa-siapa dirinya. Saya hanya bisa mendoakan dalam hati, semoga
Alloh bisa melindungi Pak Sarbini dan anak tersebut. Dan....23 menit kemudian,
Pak Sarbini berhasil keluar dari rumah tersebut bersama dengan anak kecil pingsan
berumur sekitar 4 tahun, yang menjadi korban kebakaran. Pak Sarbini
membopongnya di punggungnya. Terlihat sekali susah payahnya membawa anak itu. Ia
berusaha “ngesot” secepatnya untuk bisa membawa anak itu keluar. Alhamdulilah
anak itu terselamatkan. Namun saat warga sudah berhasil ramai-ramai menyelamatkan anak itu,
ada yang membuat semua shock. Pak Sarbini “roboh”. Kepalanya dan tangannya
berdarah, terluka bakar. Warga yang melihat, langsung berusaha mengamankan
tubuh Pak Sarbini. Mereka segera memanggil ambulance. Kami semua di sini
berharap beliau tidak apa-apa. Beliau tidak sadarkan diri. Terlihat sekali luka
bakarnya cukup parah. Bersyukur tak lama ambulance datang. Karena kebetulan di
dekat daerah saya ada sebuah rumah sakit swasta, sehingga ambulance bisa datang
cepat. Pak Sarbini pun segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Alhamdulilah beliau selamat, hanya luka bakar saja. Si Jago Merah tidak
merenggut nyawanya. Kegigihan serta tekad beliau ternyata diapresiasi oleh
warga sekitar serta pemerintah. Bapak Ridwan Kamil, memberikan penghargaan
kepada Pak Sarbini berupa plakat atas kegigihannya untuk menolong korban
kebakaran, serta memberinya sebuah kursi roda, dan memberinya hunian yang
layak. Sungguh besar jasa Pak Sarbini. Dibalik ketidaksempurnaannya, ia
memiliki hati tulus dan semangat juang yang tinggi. Sungguh salut. Saya harus
belajar banyak dari beliau. Bersyukur atas kesempurnaan yang masih diberikan
Alloh kepada kita dan semangat untuk terus berjuang. Sekian kisah kepahlawanan
tentang seorang Pak Sarbini dari saya. Semoga kisahnya mampu menginspirasi dan
memberikan manfaat kepada banyak orang.
0 komentar:
Posting Komentar