Kamis, 25 Desember 2014

PAK SARBINI, DIFABEL BUT CAN BE A GREATEST HERO

Adalah Pak Sarbini namanya. Beliau merupakan seorang lelaki paruh baya, berumur sekitar 65 tahun. Dan merupakan seorang yang berfisik tidak sempurna (difabel). Beliau tidak mempunyai kaki sejak lahir. Sehingga beliau menggunakan –maaf- bokongnya, dibantu dengan kedua tangan untuk menopang tubuhnya jika ingin berpindah tempat atau berjalan. Itu pun dengan menyeret badannya. Beliau tinggal di luar kompleks rumahku. Rumahnya sangat-sangat sederhana. Hanya tertutup oleh papan tripleks yang sudah usang untuk dindingnya. Sedangkan atapnya hanya seng. Ukuran rumah tinggalnya pun tak luas. Hanya sekitar 5 meter x 3 meter. Beliau sempat mempunyai istri, namun telah tiada 10 tahun yang lalu. Mengapa saya menyebut Pak Sarbini ini sebagai hero?
Suatu hari, tanggal 26 Mei 2014, sekitar pukul 22.07, terdengar keramaian di sekitar kompleks rumah saya. Saya yang kala itu sedang asyik berkutat di depan laptop untuk menulis artikel, terkaget dengan suara ramai tersebut. Penasaran, saya pun melihat keluar rumah. Saya bertanya kepada warga yang sedang panik lalu-lalang. “Pak, ada apa? Kenapa ramai sekali?”
“Itu neng, ada kebakaran. Di dalam rumahnya ada anak kecil kejebak. Warga nggak ada yang berani masuk nolongin. Soalnya apinya udah gede pisan.” Jawab Si Bapak sambil terburu-buru.
Mendengar hal tersebut, saya pun merasa miris. Anak kecil di dalam rumah yang terbakar. Ingin berusaha menolong, tapi jujur saja saya juga tidak mau ambil resiko. Tidak mau sok menjadi pahlawan kesiangan, yang toh pada akhirnya akan bernasib mati konyol.
Saya hanya berdoa dalam hati agar Alloh mau memberikan jalan yang terbaik. Selagi saya sibuk memperhatikan orang yang berlalu lalang dan panik, penglihatan saya terganggu oleh seseorang. Saya hampir tidak percaya. Di tengah kerumunan banyak orang yang tingginya setengah kali tubuhnya, Pak Sarbini berjalan dengan menggunakan tangannya. Ia terlihat tergesa-gesa. “Mau kemana dia?”, batinku. Ya Alloh, ternyata dia berniat ingin membantu menolong anak yang terjebak di kebakaran tersebut. Semua orang yang melihat Pak Sarbini, melarangnya untuk masuk. Ada yang mencibir juga, “Hah, cacat jangan sok blagu. Jalan aja glesetan pake pantat, mau sok2 nolongin.”
Bukannya marah atau merasa sakit hati atas cibiran orang-orang terhadapnya. Pak Sarbini malah tersenyum, dan mengatakan, “Saya punya niat untuk membantu. Insya Alloh, Alloh akan memberikan mukjizatnya jika kita punya niat yang tulus.” Tak lama setelah bicara seperti itu, saya melihat Pak Sarbini menerobos masuk. Teriakan histeris dan juga wajah panik, terlihat dari raut warga yang menyaksikan kejadian, termasuk saya. Betapa tidak, yang masih bertubuh sempurna saja tidak mau mengambil resiko sebesar itu. Ini seorang difabel, tidak mempedulikan nyawanya sendiri demi menolong seorang anak yang bukan siapa-siapa dirinya. Saya hanya bisa mendoakan dalam hati, semoga Alloh bisa melindungi Pak Sarbini dan anak tersebut. Dan....23 menit kemudian, Pak Sarbini berhasil keluar dari rumah tersebut bersama dengan anak kecil pingsan berumur sekitar 4 tahun, yang menjadi korban kebakaran. Pak Sarbini membopongnya di punggungnya. Terlihat sekali susah payahnya membawa anak itu. Ia berusaha “ngesot” secepatnya untuk bisa membawa anak itu keluar. Alhamdulilah anak itu terselamatkan. Namun saat warga sudah  berhasil ramai-ramai menyelamatkan anak itu, ada yang membuat semua shock. Pak Sarbini “roboh”. Kepalanya dan tangannya berdarah, terluka bakar. Warga yang melihat, langsung berusaha mengamankan tubuh Pak Sarbini. Mereka segera memanggil ambulance. Kami semua di sini berharap beliau tidak apa-apa. Beliau tidak sadarkan diri. Terlihat sekali luka bakarnya cukup parah. Bersyukur tak lama ambulance datang. Karena kebetulan di dekat daerah saya ada sebuah rumah sakit swasta, sehingga ambulance bisa datang cepat. Pak Sarbini pun segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Alhamdulilah beliau selamat, hanya luka bakar saja. Si Jago Merah tidak merenggut nyawanya. Kegigihan serta tekad beliau ternyata diapresiasi oleh warga sekitar serta pemerintah. Bapak Ridwan Kamil, memberikan penghargaan kepada Pak Sarbini berupa plakat atas kegigihannya untuk menolong korban kebakaran, serta memberinya sebuah kursi roda, dan memberinya hunian yang layak. Sungguh besar jasa Pak Sarbini. Dibalik ketidaksempurnaannya, ia memiliki hati tulus dan semangat juang yang tinggi. Sungguh salut. Saya harus belajar banyak dari beliau. Bersyukur atas kesempurnaan yang masih diberikan Alloh kepada kita dan semangat untuk terus berjuang. Sekian kisah kepahlawanan tentang seorang Pak Sarbini dari saya. Semoga kisahnya mampu menginspirasi dan memberikan manfaat kepada banyak orang.


0 komentar:

Posting Komentar